Sayur Kelor (Uta Kelo), Menu Favorit Warga Kaili

Sayur Kelor (Uta Kelo)

PALU – Memasuki bulan Ramadan, berarti tiba waktunya menyantap sayur kelor saat berbuka. Karena bagi orang Kaili, penduduk asli Kota Palu, Sulawesi Tengah, sayur kelor atau dalam bahasa kaili berarti Uta Kelo ini adalah salah satu makanan favorit. Menu ini juga diyakini bisa memberi kekuatan ekstra untuk menjalani aktivitas sehari-hari.

Sayur kelor dipercaya keramat sebab jika ada orang dari luar Palu memakan sayur bersantan ini maka kemungkinan besar dia akan tinggal di Palu selamanya. Anggapan itulah yang membuat sayur kelor dianggap keramat oleh warga pendatang.

Dalam bahasa setempat, sayur kelor disebut pula “uta kelo”. Makanan jenis ini banyak dijual di pinggir jalan Kota Palu, Ahad (7/8) sore. Jumiati, penyuka sayur kelor di Palu Selatan, mengatakan cara membuat sayur kelor terbilang mudah.

Jumiati menuturkan, langkah pertama santan dan sejumlah cabai hijau yang telah dihaluskan direbus hingga mendidih. Kemudian dimasukkan pisang muda yang telah diiris menjadi empat potong. “Bisa juga dicampur ebi untuk menambah gurih masakan,” kata Jumiati.

Setelah air sayur mendidih, daun kelor segera dimasukkan bersama garam secukupnya. Beberapa saat kemudian sayur kelor siap disajikan.

Daun kelor berwarna hijau memiliki ukuran sekitar 1X2 centimeter. Sehingga dalam satu porsi sayur kelor terdapat ratusan daun. Daun kelor yang memiliki kata ilmiah “moringa oleifera” mudah didapatkan di Kota Palu. Pohon kelor bisa memiliki tinggi hingga mencapai 12 meter.

Sementara sayur kelor sangat cocok disajikan dengan nasi hangat dan sambal ikan teri. Orang Kaili merasa bangga memiliki sayur kelor. Bahkan Wali Kota Palu Rusdy Mastura dan mantan Gubernur Sulawesi Tengah HB Paliudju selalu menyempatkan makan sayur kelor jika berbuka puasa atau santap sahur.

Posted on Agustus 8, 2011, in Health, Indonesian Tourism and Culture, Info-Info, Local News. Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan komentar